Minggu, 30 Oktober 2011

Perbedaan Pemicu Konflik


Konflik adalah sebuah proses sosial antar seseorang maupun sekelompok manusia atau masyarakat yang sama-sama memiliki tujuan untuk menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuat tidak berdaya. Konflik terjadi karena adanya sebuah perbedaan, baik pendapat, gaya hidup, keyakinan, fisik, pengetahuan dan lain sebagainya. Fenomena konflik sosial mempunyai aneka penyebab. Tetapi dalam masyarakat agama pluralitas penyebab terdekat adalah masalah mayoritas dan minoritas golongan agama. Masalah agama ini tampak jelas dimata kita, padahal Jika diperhatikan agama dapat memberi sumbangsih positif bagi masyarakat, misalnya dengan kerjasama.
            Baru-baru ini kita sering mendengar dan melihat di media bahkan menyaksikan secara langsung tentang masalah yang ada di Sumatera Utara, masalahnya tidak jauh dari masalah keberagaman yakni perbedaan ras dan agama. Yah, Tanjung Balai lebih tepatnya. Vihara yang dibangun pada tahun 2006 dan telah memiliki izin dari Walikota Medan ini bernama Vihara Tri Ratna yang dibangun untuk menampung lebih dari 2.000.000 umat Budha di kota Tanjung Balai.
Vihara Tri Ratna yang merupakan vihara satu-satunya di daerah Tanjung Balai tersebut, tepat pada tanggal 30 Mei 2010 dan 29 uni 2010 Vihara Tri Ratna dimantai oleh sejumlah masyarakat yang tergabung dalam Gerakan Islam Bersatu Tanjung Balai untuk diturunkan dari atas bangunan yang berlantai 4 dan berukuran 1432 m persegi tersebut. Dengan alasan bahwa keberadaan patung tersebut tidak mencerminkan kesan islami di Kota Tanjung Balai dan dapat mengganggu keharmonisan di tengah-tengah masyarakat.
 Gerakan yang menamakan kelompoknya sebagai Gerakan Islam Bersatu tersebut melakukan demonstrasi ke Kantor DPRD dan Walikota Tanjung Balai mendesak pemerintah menurunkan Patung Budha tersebut. Aksi tersebut juga mendapat perhatian besar para pemerintah, khususnya pemerintahan daerah Tanjung Balai.
Masalah ini telah menunjukan kepada kita semua bahwa Keberagaman, dalam hal ini adalah ras, agama dan manusia yang ada didalamnya belum dapat menghargai sesamanya. Patung yang dianggap menggangu keharmonisan umat beragama di Tanjung Balai, jika dilihat dari letaknya sebenarnya sama sekali tidak menggangu pemandangan kota Tanjung Balai. Menurut Putra Mangaratua Siahaan, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) yang juga merupakan putra kelahiran Tanjung Balai, Kabupaten asahan menganggap bahwa sebenarnya patung yang selama ini dipermasalahkan oleh para masyarakat yang tergabung didalam Gerakan Islam Bersatu tidak bermasalah bila harus dibedirikan di Vihara tersebut. “Aku rasa patung amitabha sebenarnya tidak mengganggu keharmonisan beragama di Tanjung Balai, kalau pun memang bermasalah kenapa tidak sekalian saja Viharanya yang dibongkar dan dihancurkan, agar tidak ada lagi tempat beribadah bagi umat lain kecuali tempat beribadah umat mayoritas tanjung Balai tersebut”, Sautnya.
Burung Garuda berwarna emas yang berkalungkan perisai yang di dalamnya bergambar simbol-simbol Pancasila dan mencengkeram seutas pita putih yang bertuliskan “Bhineka Tunggal Ika”, yang memiliki makna besar bagi setiap manusia yakni pemersatu segala golongan, ternyata belum mampu untuk menyatukan Perbedaan ras, agama, gaya hidup, pemahaman dan lain sebagainya tersebut di Indonesia khususnya di Sumatera utara.
Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan mengapa dan apa sebab dari ketidakharmonisan antar masyarakat di Negara ini. Apa arti BHINEKA TUNGGAL IKA yang selama ini digombar-gomborkan oleh banyak orang hanya sebaris kata yang tak lagi ada makna. Mungkin saja selama ini kita tidak jujur dengan kenyataan-kenyataan besar, yakni perbedaan dan sebuah demokrasi sehingga timbullah keinginan untuk mempertahankan kekuasaan demi keuntungan sendiri ataupun kumpulan. Dan akhirnya konflik antar suku, ras, agama pun bermunculan. 

Perbedaan Pemicu Konflik


Konflik adalah sebuah proses sosial antar seseorang maupun sekelompok manusia atau masyarakat yang sama-sama memiliki tujuan untuk menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuat tidak berdaya. Konflik terjadi karena adanya sebuah perbedaan, baik pendapat, gaya hidup, keyakinan, fisik, pengetahuan dan lain sebagainya. Fenomena konflik sosial mempunyai aneka penyebab. Tetapi dalam masyarakat agama pluralitas penyebab terdekat adalah masalah mayoritas dan minoritas golongan agama. Masalah agama ini tampak jelas dimata kita, padahal Jika diperhatikan agama dapat memberi sumbangsih positif bagi masyarakat, misalnya dengan kerjasama.
            Baru-baru ini kita sering mendengar dan melihat di media bahkan menyaksikan secara langsung tentang masalah yang ada di Sumatera Utara, masalahnya tidak jauh dari masalah keberagaman yakni perbedaan ras dan agama. Yah, Tanjung Balai lebih tepatnya. Vihara yang dibangun pada tahun 2006 dan telah memiliki izin dari Walikota Medan ini bernama Vihara Tri Ratna yang dibangun untuk menampung lebih dari 2.000.000 umat Budha di kota Tanjung Balai.
Vihara Tri Ratna yang merupakan vihara satu-satunya di daerah Tanjung Balai tersebut, tepat pada tanggal 30 Mei 2010 dan 29 uni 2010 Vihara Tri Ratna dimantai oleh sejumlah masyarakat yang tergabung dalam Gerakan Islam Bersatu Tanjung Balai untuk diturunkan dari atas bangunan yang berlantai 4 dan berukuran 1432 m persegi tersebut. Dengan alasan bahwa keberadaan patung tersebut tidak mencerminkan kesan islami di Kota Tanjung Balai dan dapat mengganggu keharmonisan di tengah-tengah masyarakat.
 Gerakan yang menamakan kelompoknya sebagai Gerakan Islam Bersatu tersebut melakukan demonstrasi ke Kantor DPRD dan Walikota Tanjung Balai mendesak pemerintah menurunkan Patung Budha tersebut. Aksi tersebut juga mendapat perhatian besar para pemerintah, khususnya pemerintahan daerah Tanjung Balai.
Masalah ini telah menunjukan kepada kita semua bahwa Keberagaman, dalam hal ini adalah ras, agama dan manusia yang ada didalamnya belum dapat menghargai sesamanya. Patung yang dianggap menggangu keharmonisan umat beragama di Tanjung Balai, jika dilihat dari letaknya sebenarnya sama sekali tidak menggangu pemandangan kota Tanjung Balai. Menurut Putra Mangaratua Siahaan, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) yang juga merupakan putra kelahiran Tanjung Balai, Kabupaten asahan menganggap bahwa sebenarnya patung yang selama ini dipermasalahkan oleh para masyarakat yang tergabung didalam Gerakan Islam Bersatu tidak bermasalah bila harus dibedirikan di Vihara tersebut. “Aku rasa patung amitabha sebenarnya tidak mengganggu keharmonisan beragama di Tanjung Balai, kalau pun memang bermasalah kenapa tidak sekalian saja Viharanya yang dibongkar dan dihancurkan, agar tidak ada lagi tempat beribadah bagi umat lain kecuali tempat beribadah umat mayoritas tanjung Balai tersebut”, Sautnya.
Burung Garuda berwarna emas yang berkalungkan perisai yang di dalamnya bergambar simbol-simbol Pancasila dan mencengkeram seutas pita putih yang bertuliskan “Bhineka Tunggal Ika”, yang memiliki makna besar bagi setiap manusia yakni pemersatu segala golongan, ternyata belum mampu untuk menyatukan Perbedaan ras, agama, gaya hidup, pemahaman dan lain sebagainya tersebut di Indonesia khususnya di Sumatera utara.
Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan mengapa dan apa sebab dari ketidakharmonisan antar masyarakat di Negara ini. Apa arti BHINEKA TUNGGAL IKA yang selama ini digombar-gomborkan oleh banyak orang hanya sebaris kata yang tak lagi ada makna. Mungkin saja selama ini kita tidak jujur dengan kenyataan-kenyataan besar, yakni perbedaan dan sebuah demokrasi sehingga timbullah keinginan untuk mempertahankan kekuasaan demi keuntungan sendiri ataupun kumpulan. Dan akhirnya konflik antar suku, ras, agama pun bermunculan. 

Mesjid Kuning, Tidak Banyak Diketahui Warga

AL –Osmani mesjid pertama dan tertua peninggalan budaya Melayu Deli. Masjid ini merupakanan salah satu sejarah Sumatera Utara yang belum banyak di ketahui warga kota Medan.
                Sumatera Utara memiliki beragam peninggalan sejarah dan budaya yang unik. Baik dari masa prasejarah maupun sejarah. Peninggalan sejarah berupa tulisan, bangunan kuno tidak terlepas dari perkembangan agama maupun bentuk kolonial yang ada di Medan. Sejarah kota Medan berdasarkan urutan waktu meliputi sejarah masa Hindu-Budhda, Islam, kolonial dan prasejarah.
                Sejarah perkembangan agama Islam yang panjang di Medan meninggalkan beberapa tempat bersejarah yang masih dapat dilihat sampai saat ini. Peninggalan sejarah Islam di tandai dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Medan yang dahulunya dikenal dengan sebutan kesultanan di Sumatera Timur. Selain istana kerajaan/ kesultanan,  di bangun pula masjid sebagai tempat beribadah para penghuni istana.

Sabtu, 22 Oktober 2011

Tulisan yang tidak ada judul

Aku bukan Cowok yang Romantis
Aku juga bukan seorang Wartawan
Atau pun sang Jurnalis..!!
yang bisa membuat berita 
dan jago menulis!!
aku hanya seorang Mahasiswa
yang Ingin mencari Mahasiswi
untuk di jadi kan seorang Kekasih
 yang mampuh meredam Emosi Ku

Jumat, 14 Oktober 2011

Bentrok

Sejumlah mahasiswa UMSU bentor dengan Satuan Pengaman(satpam) di lapangan parkir UMSU

Senin, 10 Oktober 2011

Evakuasi

Sejumlah Tim Basarnas mengevakuasi mayat korban perintis CASA 212 milik PT. Nusantara Buana Air (NBA) yang jatuh di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Bahorok, Kabupaten Langkat dengan Rute Medan-Kota Cane di RS Adam Malik, Minggu (2/10)Jenazah selanjutnya diidentifikasi oleh pihak rumah sakit sebelum dijemput keluarga masing-masing